Selasa, 15 Desember 2015

33 Fakta Menarik Tentang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

 
 
1. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga atau yang biasa disingkat UIN Suka ini didirikan pada tanggal 26 September 1951 dan merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam  Negeri (PTAIN) pertama di Indonesia.
2. Nama universitas ini diambil dari salah satu kelompok penyebar agama Islam di Pulau Jawa, Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.
3. Universitas ini terletak di dekat perbatasan antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.
4. Pembentukan universitas ini tidak terlepas dari proses Penegerian Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia (UII) menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) pada tahun 1950.
5. PTAIN diresmikan pada tanggal 26 September 1951—dan menjadi hari lahir UIN Sunan Kalijaga.
6. Pada periode 1951 hingga 1960, terjadi peleburan antara PTAIN dan ADIA dan terbentuklah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan nama al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah.
7. IAIN diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1960.
8. Pada periode 1960 hingga 1972—yang disebut sebagai Periode Peletakan Landasan—terjadi pemisahan IAIN yang berpusat di Yogyakarta dan Jakarta.
9. Pada tanggal 1 Juli 1965 IAIN Yogyakarta berganti nama menjadi IAIN Sunan Kalijaga berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 26 Tahun 1965.
10. Pada awal didirikan, IAIN Sunan Kalijaga ini masih menganut sistem pendidikan yang bersifat bebas karena mahasiswa diberi kesempatan untuk maju ujian setelah mereka benar-benar merasa siap.
11. Materi kurikulum yang digunakan IAIN Sunan Kalijaga pada waktu itu masih mengacu pada kurikulum Timur Tengah (Universitas Al-Azhar di Mesir) yang telah dikembangkan pada masa PTAIN.
12. Pada Periode Peletakan Landasan Akademik yang berlangsung antara tahun 1972 dan 1996, pembangunan sarana prasarana fisik kampus meliputi pembangunan gedung Fakultas Dakwah, Perpustakaan, Program Pascasarjana, dan Rektorat.
13. Pada Periode Peletakan Landasan Akademik, sistem pendidikan yang digunakan mulai bergeser dari sistem liberal ke sistem terpimpin dengan sistem semester semu dan akhirnya sistem kredit semester murni.
14. IAIN Sunan Kalijaga telah melakukan penyesuaian yang radikal dengan kebutuhan nasional bangsa Indonesia.
15. Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga mulai dibuka pada tahun akademik 1983/1984.
16. Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga diawali dengan kegiatan-kegiatan akademik dalam bentuk short courses on Islamic studies dengan nama Post Graduate Course (PGC) dan Studi Purna Sarjana (PPS) yang diselenggarakan tanpa pemberian gelar setingkat Master.
17. Pembukaan program Pascasarjana ini telah mengukuhkan fungsi IAIN Sunan Kalijaga sebagai lembaga akademik tingkat tinggi setingkat di atas Program Strata Satu.
18. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar (1997-2001), para dosen dalam jumlah yang besar didorong untuk melanjutkan studinya—untuk tingkat S2 dan S3, baik di dalam maupun luar negeri. Beliau juga melakukan peningkatan sumber daya manusia bagi tenaga administratif demi peningkatan kualitas manajemen dan pelayanan administrasi akademik.
19. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 50 Tahun 2004, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan kalijaga pada tanggal 21 Juli 2004. 
20. Perubahan nama IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga membuat Periode Pengembangan Kelembagaan (2001-2010) disebut juga sebagai Periode Transformasi.
21. UIN Sunan Kalijaga melakukan deklarasinya pada tanggal 14 Oktober 2004.
22. Perubahan Institut menjadi Universitas dilaksanakan untuk mencanangkan sebuah paradigma baru dalam melihat dan melakukan studi terhadap ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, yaitu paradigma Integrasi Interkoneksi.
23. UIN Sunan kalijaga berupaya untuk mendialogkan hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah (manusia, ilmu, dan filsafat) secara terbuka dan intensif.
24. UIN Sunan Kalijaga memiliki visi untuk menjadi universitas yang unggul dan terkemuka dalam pemaduan dan pengembangan studi keislaman dan keilmuan bagi peradaban.
25. Logo UIN Sunan Kalijaga yang bisa kita lihat sekarang merupakan bentuk pembaruan sejak tahun 2010.
26. Bentuk dasar logo yang sekarang adalah bunga matahari dengan satu tangkai dan dua lembar daun. Kelopak bunga dibentuk dalam bentuk ornamen klasik bercorak Islam. Helai daun sebelah kiri merupakan visualisasi huruf “U”, tangkainya huruf “I”, dan daun sebelah kanan huruf “N” sehingga dibaca “U-I-N”.
27. Logo bercorak bunga yang menyerupai jaring laba-laba merupakan bentuk kesalingterikatan dan keterhubungan antara sains dan agama yang terpatri dalam ikon mozaik pada dinding luar bangunan UIN. Bentuk ini diambil dari ornamen pada dinding Istana Alhambra masa Khalifah Bani Umayah di Granada, Spanyol.
28. Seni ornamen pada dinding Istana Alhambra yang memberi banyak pengaruh bagi bangunan di Timur dan Barat ini sesuai dengan visi dan misi UIN yang ingin menepis pemisahan keilmuan menuju integrasi dan interkoneksi bidang keilmuan menuju keunggulan peradaban.
29. Visual bunga dalam logo dipilih karena merupakan simbol keindahan, keharuman, keserasian, keseimbangan, dan kebaikan. Hal ini menunjukkan cita-cita UIN untuk selalu membawa kesejukan dan keindahan bagi lingkungan sekitar serta keharuman dalam memainkan seluruh kiprahnya.
30. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga, kita bisa menonton sebuah film berjudul “Pena” yang dapat diunduh di situs resmi UIN Sunan Kalijaga.
31. Untuk menunjang proses belajar dan mengajar, UIN menyediakan mahasiswa dan para karyawannya berbagai fasilitas yang memadai, seperti masjid, perpustakaan, laboratorium, poliklinik, pascasarjana, pusat administrasi, pusat komputer, pusat penelitian, kelas teatrikal, pusat mahasiswa, multipurpose, gedung olahraga, pusat pelayanan kampus, pusat bahasa dan budaya, University Club House, penerbitan, taman kanak-kanak,, pusat pelatihan, dan aula dosen.
32. Mahasiswa dapat melakukan proses belajar mengajar di gedung-gedung baru dengan ruang dan media pembelajaran yang berbasis IT.
33. Kinerja mahasiswa selama berkuliah di UIN akan didukung dengan adanya anjungan-anjungan komputer, anjungan mesin absensi, peralatan laboratorium terpadu, peralatan sistem informasi terpadu, peralatan poliklinik, peralatan multimedia, laboratorium psikologi, laboratorium bahasa, dan sistem pelayanan perpustakaan dengan Electric Library Information Management System (ELIMS), dengan sistem pengodean RFID (Radio Frequency Identification) tercanggih di Indonesia.

Para Ahli Fisika dan Fisika Medis Berbagai Negara Semarakkan Konggres Fisika Medis Ke 13 Di UIN SunanKalijaga


Sejumlah akademisi bidang fisika, para peneliti fisika medis dan biofisika, praktisi kesehatan bidang fisika medis dan praktisi perusahaan fisika medis dari berbagai negara berkumpul selama 3 hari (10-12 Desember 2015) di Convention Hall, kampus UIN Sunan Kalijaga, menyelenggarakan South – East ASIAN Congress of Medical Physics. Konggres ini terselenggara untuk yang ke tigabelas kalinya, atas kerjasama Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, South – East ASIAN Federation of Organisations for Medical Physics (SEACOMP) dan International Organisation of Medical Physics. Didukung juga dari UGM, Universitas Brawijaya dan Universitas Diponegoro, RaySafe TM, Fluke Biomedical, ScandDos, RaySearch Laboratories, Indosopha, PT. Murti Indah Santosa dan PT. Sinergi Lintas Persada.
Forum ini dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Prof. Dr. H. Machasin, MA. Dalam sambutan pembukaannya, Prof. Machasin antara lain menyampaikan bahwa forum ini sangat terkait dengan pengembangan keilmuan di UIN Sunan Kalijaga yang Integratif dan Interkonektif. Yang dalam hal ini adalah pengembangan bidang teknologi fisika untuk mendukung bidang kedokteran. Pihaknya yakin, melalui konggres ini akan ditemukan upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan fisika medis dalam rangka meningkatkan indeks kesehatan masyarakat negara-negara di dunia dan untuk mencapai kualitas kehidupan manusia yang lebih baik lagi.
Menurut ketua panitia penyelenggara, Dr. Freddy Haryanto dari ITB, di temui di sela-sela kegiatan, forum yang mengangkat tema “Meningkatkan Kualitas Kesehatan Manusia Melalui Fisika” ini dipresentasikan hasil-hasil penelitian, temuan teknologi fisika, serta metodologi yang berkaitan dengan kesehatan dan penanganan penyembuhan pasien. Setidaknya ada 13 negara yang ikut andil dalam konggres pengembangan fisika medis kali ini antara lain : Korea Selatan, Jepang, Australia, Jerman, Malaysia, Thailand, Pilipina, Banglades, Vietnam, Kamboja, Mianmar, Indonesia sendiri dan lain – lain. Forum ini menjadi kesempatan yang berharga untuk berbagi ilmu dan temuan terbaru bagi negara-negara peserta yang ingin semakin memperbaiki derajad kesehatan masyarakat di wilayah negara masing-masing-masing.
Sementara berbagai temuan berhasil dari para peneliti, dokter, insinyur, mahasiswa, perusahaan berkait dengan diagnostik, terapi, pengobatan nuklir, biofisika dan ternik biomedis, serta enginering dipresentasikan dalam forum ini. Diselengarakan juga workshop terkait peran fisika di bidang medis dan pengembangan teknologi untuk mendukung ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan nara sumber pakar fisika medik dunia seperti: Prof. Rethy Cheem, Ph.D, Prof. Hidetaka Arimura, Ph.D, Prof. Kwan-Hoong Ng, Ph.D. Dr. Napapong Pong napang, Dr. Chai-Hong Yeong, Dr. Donald McLean, dan Dr. Anchali Krisanachinda. Ada 90 paper yang dipresentasikan dan mendapat perhatian serius dari semua peserta konggres antara lain : Presentasi dari Prof. Rethy Chem yang mengangkat tentang metodologi penanganan dampak radiasi kerusakan tenaga listrik nuklir di Jepang (Rekayasa Fukushima Medical University (Jepang), pendekatan untuk diagnosis dibantu teknologi komputerisasi dan radioterapi. Kebetulan Prof. Rethy adalah ketua proyek Rekayasa Fukushima, yang sukses melaksanakan proyek ini. Prof. Kunio Doi, Ph.D., dari Gunma Profectual College of Health Science di Jepang dan Chicago University, USA, yang mengangkat topik Potensi Diagnosis Komputer dalam Rekam Medis. Pihaknya berkesimpulan bahwa rekam medis teknologi komputer terbaru berdampak sangat signifikan dalam pengembangan fisika medis dan diagnosa radiologi di abad 21 ini. Ini artinya akan meningkatkan prosentasi kesembuhan dan kesejahteraan pasien secara luar biasa.
Disampaikan juga topik-topik tentang : Konsep Digital Imaging, Computed Tomography dan Radiografi Digital, Meningkatkan Kualitas Gambar Rekam Medis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rekayasa Gambar Medis Pendekatan Untuk Diagnosis, Pengembangan Kehamilan dan Risiko Terkait Radiasi, Estimasi Dosis Melalui Radiografi dan Fluoroskopi, Estimasi Dosis Melalui Prinsip teknologi Nuklir, Estimasi Dosis Melalui CT, Potensi Dampak Komputer-Aided Diagnosis di Madical Imaging, Sel dan Biologi Molekuler untuk Diagnostik dan teknologi Terapi, Radiasi Darurat Global dan masih banyak lagi temuan temuan spektakuler para Fisikiawan Medis dipresentasikan dalam forum ini.
Dalam konggres ini juga dipamerkan poster-poster rekayasa gambar medis untuk pendekatan diagnosis melalui komputerisasi radioterapi. Setidaknya ada sejumlah 66 poster yang dipamerkan. Hasil kerja dari konggres ini, nantinya akan menjadi materi pengembangan akademik di perguruan tinggi peserta konggres, dipraktekkan untuk meningkatkan pelayanan penanganan pasien di rumah sakit – rumah sakit di negara-negara peserta konggres dan akan dibukukan dalam Journal Physics Conference, jelas Freddy.
Sementara itu, dalam sambutannya, Presiden SEACOMP, Dr. Agnete De Perio Peralta menyampaikan bahwa CEACOMP didirikan mensikapi problem negara berkembang di bidang kesehatan masyarakat. Terutama di kawasan Asia Tenggara yang indeks kesehatannya masih harus ditingkatkan. Melalui kegiatan-kegiatan lapangan dan konggres-kongres yang dilaksanakan, SEACOMP ingin menjembatani kerjasama dan komunikasi antar organisasi fisika medis di Asia Tenggara termasuk 5 dari 10 anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand). Agar bisa terus mengembangan temuan temuan baru untuk mendukung kegiatan-kegiatan penanggulangan dampak bencana bagi kesehatan manusia dan mengembangkan kolaborasi dengan organisasi ilmiah dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
Dekan Fakultas MIPA, ITB, Prof. Edi Baskoro, Ph.D., menambahkan, melalui forum-farum diskusi seperti ini akan memacu kalangan akademisi melakukan riset, studi kasus, menggali ide-ide baru dalam mengembangkan fisika medis. Ke depan, akan semakin banyak terlahir generasi peneliti baru bidang fisika medis yang dapat menopang peningkatan kesehatan masyarakat. (Weni Hidayati-Doni-Humas UIN Sunan Kalijaga).

 sumber : http://uin-suka.ac.id/id/berita/detail/1126/para-ahli-fisika-dan-fisika-medis-berbagai-negara-semarakkan-konggres-fisika-medis-ke-13-di-uin-sunankalijaga

Selasa, 01 Desember 2015

DAFTAR PEMENANG OSN DAN KSM JAWA TENGAH

 assalamu'alaikum

 segala puji bagi Alah yg telah memberikan nikmatnya, dan rasulnya yg patut menjadi suri tauladan bagi kita,

 pada kesempatan kali ini, akan saya share beberapa informasi terkait olimpiade sains nasinal (osn) dan kompetisi sains madrasah (ksm) yang diadakan di wilayah jawa tengah, beberapa informasi kami dapatkan di situs resmi pemerintah serta beberapa blog guru yg sebelumnya telah dibagikan kepada kita.

 seperti kita tahu Olimpiade Sains Nasional adalah ajang berkompetisi dalam bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Siswa yang mengikuti Olimpiade Sains Nasional adalah siswa yang telah lolos seleksi tingkat kabupaten dan provinsi, sedamgkan Kompetisi Sains Madrasah adalah perlombaan olimpiade yang diadakan oleh madrasah dibawah naungan kantor kementrian agama yang mencakup materi di madrasah dan diharapkan dapat menjadi telaah dan untuk memotivasi siswa siswi di madrasah/sekolahnya agar dapat bersaing dengan anak sma.

 sedangkan bidangnya dapat mencakup ilmu pasti,sosial,iptek,serta berbagai mapel, seperti fisika,matematika,kimia,komputer,sosiologi,akuntansi dan lain-lain

berikut akan kami tampilkan beberapa pemenang osn di jawa tengah
 2013, lihat disini
 2014, lihat disini

hasil ksm ksm jawa tengah
 2013, lihat disini
 2014 lihat disini

Paradigma Integrasi dan Interkoneksi Dalam Perspektif Filsafat Islam

 http://uin-suka.ac.id/page/kolom/detail/30/paradigma-integrasi-dan-interkoneksi-dalam-perspektif-filsafat-islam

Ketika penulis mendapatkan tugas sebagai Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 2002, konsep integrasi dan interkoneksi menjadi wacana yang aktual bagi kalangan akademisi di IAIN Sunan Kalijaga. Sebagai direktur ketika itu, maka penulis meresponnya dengan mengubah/menambah kurikulum yang ada, dengan menambah tiga mata kuliah yang dipandang sangat penting waktu itu, yaitu 1) metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, 2) agama, filsafat dan sains, dan 3) isu-isu global. Mata kuliah tersebut diajarkan dengan pendekatan intregratif dan interkonektif.

Ketiga mata kuliah ini menjadi bagian utama untuk melakukan integrasi dan interkoneksi yang dimulai dengan menata metodologinya terlebih dahulu, dengan menyatukan mata kuliah metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, yang diajarkan oleh masing-masing ahli di bidangnya, dengan harapan integrasi dan interkoneksi itu bisa dikembangkan dengan landasan metodologi yang mantap. Pada hakikatnya konsep integrasi dan interkoneksi harus dimulai dari integrasi dan interkoneksi metodologinya. Tanpa dasar metodologi yang kuat, maka integrasi dan interkoneksi hanya akan menjadi hal mengawang-awang, tidak jelas dan tidak pernah bisa membumi.

Kemudian mata kuliah agama, budaya dan sains diajarkan dengan tujuan untuk melihat sesuatu masalah dari pendekatan lintas agama, budaya dan sains, sehingga integrasi dan interkoneksi dengan sendirinya akan terbentuk dan terbawa dalam melihat setiap masalah kehidupan dan kemanusiaan. Matakuliah ini sangat penting, karena mata kuliah ini diharapkan dapat mengembangkan paradigma integrasi dan interkoneksi melalui pembentukan tradisi akademik yang berdimensi lintas agama, lintas budaya dan lintas sains, dan ini menjadi tuntutan menjawab problematika kontemporer yang tidak bisa didekati hanya dengan pendekatan tunggal keilmuan. Masalah kemiskinan, kesejahteraan dan perdamian tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal, baik ekonomi semata-mata, demikian juga pendekatan tunggal sosial, politik, budaya mau pun agama.

Selanjutnya mata kuliah isu-isu global ditambahkan sebagai aktualisasi paradigma integrasi dan interkoneksi secara praksis untuk memahami, mendalami dan menganalisis problematika global sebagai fenomena aktual masa kini yang sudah merupakan fenomena global, yang mau tidak mau, pendekatan integrasi dan interkoneksi itu mutlak dipergunakan. Tanpa integrasi dan interkoneksi keilmuan, kita tidak mungkin dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah global. Penulis sendiri waktu itu mengajar aspek budaya dalam sains dan agama, bersama dengan Prof Amin Abdulah aspek agama dan Prof Choiril Anwar dari Universitas Gadjah Mada aspek sains, dan penulis pada aspek kebudayaan.

FILSAFAT ISLAM SEBAGAI METODA 

Menurut pandangan penulis, filsafat Islam mempunyai potensi aktual untuk mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman secara praksis. Tanpa dasar filsafat Islam, rasanya sulit untuk dapat mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu-ilmu keislaman. Dalam tahap ini, filsafat Islam harus diletakkan sebagai metodologi berpikir, bukan diletakkan pada kajian tokoh-tokohnya dan pemikirannya saja, atau hanya fokus pada tema-tema filsafat saja serta periodisasinya.

Pada hakikatnya setiap studi keislaman, selalu mempunyai dasar filsafatnya sendiri-sendiri. Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat adalah induk dari setiap ilmu pengetahuan. Karena itu setiap cabang ilmu sesungguhnya mempunyai landasan filsafatnya sendiri sendiri. Ilmu hukum dengan filsafat hukumnya, demikian juga filsafat eknonomi untuk ilmu ekonomi, fisafat politik untuk ilmu politik, juga arsitektur dengan filsafat arsitekturnya dan seterusnya.

Filsafat Islam sebagai metoda, akan mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman dalam suatu world view yang multidimensional. Dalam buku “Filsafat Islam Sunah Nabi Dalam Berpikir” penulis menyusun cara berpikir Islam yang dikonstruk dari tradisi berpikir Nabi sendiri dalam menjawab berbagai kasus. Dalam sejarah kenabian, terlihat bahwa para nabi dalam menjawab suatu masalah,tidak selamanya bergantung pada wahyu. Demikina juga yang dialami nabi Muhammad Saw., terutama dalam tradisi berpikir beliau sebelum usia empat puluh tahun, atau sebelum beliau menerima wahyu, sedangkan setelah usia empat puluh tahun itu berada dalam konstruksi dialektik antara aqal dan wahyu. Alquran 62:2 dijelaskan yang artinya sebagai berikut : “Dia (Allah) yang mengutus di antara orang-orang ummi, seorang Rasul dari kalangan mereka, yang menjelaskan kepada mereka ayat-ayatNya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya adalah dalam kesesatan yang nyata”.

Dalam pandangan penulis seorang Rasul itu mengajarkan Kitab yaitu turunnya wahyu yang diterima dari Tuhannya yang terjadi secara bertahap sesuai dengan tahapan kehidupan. Sedangkan hikmah, bisa diartikan sebagai penjelasan dan penjabaran yang bisa dimengerti umatnya tentang hakikat kebenaran wahyu yang diterimanya. Dalam kenabian Muhammad Saw., ada yang menyebut hikmah sebagai al hadits. Hikmah juga bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang terdapat di balik realitas, kejadian dan peristiwa. Dalam ungkapan sehari-hari, ketika seseorang dalam kehidupannya menghadapi suatu kejadian, peristiwa, musibah atau ujian, seringkali dikatakan untuk bisa mengambil hikmahnya.

Karena itu, hikmah bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang diperoleh dari balik pemahaman terhadap realitas, suatu wisdom yang lahir dari pemikiran seseorang yang mendalam dalam perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, maka hikmah sesungguhnya dapat diartikan sebagai pengetahuan filsafat, yaitu pencapaian atas kebenaran melalui pemikiran radikal terhadap realitas. Dalam konteks kerasulan yang tugasnya mengajarkan kitab dan hikmah, maka pengajaran tentang hikmah ini bisa dipahami sebagai filsafat, karena seorang rasul dalam sejarahnya juga pengajar tentang hakikat kehidupan dan makna hidup bagi manusia, yang sebenarnya menjadi inti dari flsafat.

Alquran 2:269 dijelaskan yang artinya “ Allah anugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya dan barang siapa yang medapatkannya, ia benar-benar telah dianugerahi suatu kebaikan yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengerti”. Dalam konteks ini, maka seorang nabi adalah juga seorang yang mendapat pengetahuan hikmah, yang menjadi inti dari filsafat. Seorang nabi juga bisa disebut seorang filosuf sebagai pengajar himah atau filsafat yaitu pengajar hakikat kebenaran segala sesuatu dalam hidup dan menjalaninya.

Untuk mampu mengajarkan kitab yang dikembangkan dalamsuatu hikmah, maka seorang nabi pastinya mempunyai suatu model berpikir tertentu yang memungkinkannya menembus realitas dan menemukan hakikat kebenaran di balik realitas atau kejadian. Model berpikir tersebut dipakai untuk memahami dan mendalami kebenaran melalui integrasi “aql” dan “qalb”.

Dalam Alquran 22: 46 menjelaskan yang artinya “maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati mereka dapat memahami, telinga dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”.

Selanjutnya dalam Alquran 33 : 21 dijelaskan yang artinya “sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan pada hari kemudian, serta mereka banyak mengingat Allah. Keteladanan nabi yang utama bagi penulis bukanlah pada perbuatannya, seperti cara makan dan memelihara jenggot saja, tetapi keteladanan beliau pada pemikirannya, karena perbuatan adalah tindak lanjut dari pemikiran, pemikiran adalah ibu kandung perbuatan. Bahkan dalam prinsip etika, perbuatan yang tidak disertai pemikiran adalah pemikiran yang tidak disadari, maka perbuatan itu tidak termasuk ranah etika, seperti perbuatan orang yang kehilangan akal sehatnya atau perbuatan orang gila.

Paradigma integratif dan interkonektif sesungguhnya dapat dimungkinkan dengan integrasinya “aql” dan “qalb” sebagai suatu metoda berpikir untuk memahami realitas. Pendekatan integratif adalah pendekatan ulul’albab yang secara jelas digambarkan Alquran 3: 190-191 yang artinya sebagai berikut : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi ulul albab, yaitu mereka yang mengingat (zikir/qalb) tentang Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan (aql, rasio) tentang penciptaan langit dan bumi ; ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia ; Mahasuci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksaan neraka.

Penjelasan Alquran di atas bisa dimengerti akan adanya proses rasional transcendental di mana 1) mengingat (zikir pada kekuasaan Allah) mendahului 2) berpikir untuk memahami dan mendalami semua ciptaanNya di langit dan di bumi,3) dan mencapai proses transendensi dengan 4) kesadaran tidak akan menyia-nyiakan semua ciptaanNya dan aktualitas perbuatan yang terhindar dari siksaan neraka. Ini menjadi metoda berpikir integratif dan interkonektif yang berada dalam jalan hidup seseorang untuk selalu mensyukuri dan menghindari siksaan neraka.

Karena itu, bagi penulis makna surat al fatihah yang dibaca setiap kali oleh seorang muslim ketika menjalankan solat, terutama saat membaca Alquran 1: 6-7 yang dijelaskan artinya : “tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang tersesat. Maka jalan lurus itu dapat dimengerti sebagai metoda berpikir yang secara konsisten dan lurus, kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan yang memberikan manfaat bagi kehidupan bersama, akan menjadi nikmat, bukan laknat apalagi tersesat.

Filsafat Islam sebagai metoda berpikir menjadi dasar bagi peradigma integrative interkonektif, yang secara sistemik menyatukan antara aql, qalb, wahyu dan realitas menjadi suatu metodologi berpikir yang bersifat rasional transcendental, dan selalu berdimensi majemuk. Karena itu, filsafat Islam sebagai metode berpikir seperti yang dijelaskan di atas, akan menjadi dasar dalam merumuskan filsafat dalam studi-studi keislaman. Dalam kaitan ini, maka seharusnya dalam setiap fakultas diajarkan filsafat Islam sesuai dengan bidang kajiannya masing masing, seperti filsafat hukum Islam di fakultas syari’ah, filsafat pendidikan Islam di fakultas tarbiyah, filsafat dakwah Islam di fakultas dakwah, filsafat eknonomi Islam di fakultas ekonomi dan bisnis dan seterusnya.

INTEGRASI DAN INTERKONEKSI SEBAGAI METODOLOGI DALAM STUDI KEISLAMAN

Dalam sebuah forum dialog di TVRI Yogyakarta, penulis selaku rektor UIN Sunan Kalijaga ditanya oleh seorang pemirsa, bahwa berubahnya IAIN menjadi UIN adalah suatu pendangkalan ilmu agama. Pertanyaan mereka itu didasarkan pada fenomena bahwa penguasaan ilmu agama pada alumni UIN lebih rendah daripada alumni IAIN dulu. Pertanyaan itu juga pernah menjadi perdebatan yang panjang di kalangan akademisi IAIN ketika kita akan berubah menjadi UIN.

Di samping itu, pandangan bahwa ilmu keislaman adalah ilmu agama masih tetap kuat di kalangan masyarakat Islam sendiri, sehingga ilmu keislaman bagi mereka adalah ilmu-ilmu agama seperti yang ada di IAIN dulu, yaitu ushuluddin, dakwah, syariah, adab dan terbiyah. Sedangkan ilmu-ilmu di luar studi agama adalah bukan ilmu keislaman. Dengan kata lain, mereka sebenarnya masih berpandangan bahwa Islam adalah agama, bukan kebudayaan, sehinga sains dan teknologi sebagai bagian dari kebudayaan, tidaklah termasuk kajian keislaman.

Karena itu, paradigm integratif dan interkonektif menjadi sangat penting dan fundamental dalam merumuskan kajian-kajian keislaman, di mana posisi Islam sebagai nilai-nilai yang mendasar dan mengikat setiap kajian keislaman yang ada dalam berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan sebagai sistem nilai, produk maupun eksistensi manusia dalam perjalanan hidupnya yang kompleks.

Dalam pandangan penulis, yang paling sulit dilakukan dalam usaha melakukan integrasi dan interkoneksi studi-studi keislaman adalah bagaimana merumuskan metodologinya. Upaya integrasi dan interkoneksi yang banyak dilakukan sekarang ini adalah mengintegrasikan dan menginterkoneksikan materi kajian dari studi studi keislaman dalam kajian ilmu-ilmu umum atau sebaliknya, seperti mengintegrasikan materi kajian kajian Islam, terutama Alquran dan Alhadits diintegrasikan dan diinterkoneksikan dengan bidang kajian-kajian ilmu-ilmu umum.

Konsep pohon ilmu ilmu keislaman (Prof Imam Suprayogo) serta konsep jaring labah-labah ilmu ilmu keislaman ( Prof Amin Abdullah) menurut pandangan penulis yang sempit ini, rasanya belum sampai merumuskan pada metodologinya. Integrasi dan interkoneksi model ini, seringkali diimplementasikan dengan melakukan integrasi infrastruktur fisik dan non fisik, termasuk material dan bahan ajar dalam pengembangan keilmuan dalam suatu konsep universitas.

Dalam pandangan Islam, sebenarnya tidak mengenal dualisme pendidikan dan dikhotomi keilmuan. Pendidikan harus dilakukan secara integratif, sehingga keragaman ilmu bisa saling menyapa dan menyatu dalam memecahkan persoalan kemanusiaan yang makin kompleks. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa masalah masalah kemanusiaan, seperti kesejahteraan, kemiskinan, kebahagiaan, keamanan dan perdamaian, tidaklah bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal keilmuan semata mata. Karena itu, pendekatan integratif dan interkonektif adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan yang semakin global ini.
Jika kita akan menempatkan integrasi dan interkoneksi sebagai suatu metodologi, maka dalam setiap jenjang pendidikan di UIN Suka baik S1, S2 maupun S3nya, bagaimana jabaran dalam kurikulumnya. Demikian juga halnya dalam berbagai fakultas yang ada, bagaimana integrasi dan interkoneksi sebagai metodologi dapat diimplementasi-kan dalam berbagai fakultas, sehingga sehingga masing-masing keilmuan yang dikembangkan oleh setiap fakultas berada dalam ikatan metodologi yang sama, yaitu integrasi dan interkoneksi.

Semoga bermanfaat wallahu a’lamu bishshowab.

(Disampaikan dalam rangka Seminar “Praksis Paradigma Integrasi Interkoneksi Ilmu dan Transformasi Islamic Studies”, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Convention Hall, 22-23 Oktober 2014)
 

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © Pendidikan menuju kampus impian anda | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com